Serpong, 29 Januari – 2 Februari 2018 lalu, melalui kegiatan Design Sprint bootcamp Program Inkubasi Batch 5, Skystar Ventures memberikan entrepreneur-skill pertama yang harus dipahami oleh para peserta. Sebanyak 17 tim yang terdiri dari 2-5 orang dalam bootcamp ini diwajibkan untuk melihat kembali ide bisnis mereka dengan harapan dapat mengidentifikasi solusi yang paling fit dalam sebuah bisnis melalui metode design sprint.
Selama 5 hari tersebut, aktivitas peserta dibagi ke dalam 5 kategori yang disesuaikan dengan proses design thinking. Di hari pertama, peserta diminta untuk mengidentifikasi problem yang paling “painful” untuk diselesaikan. Setiap problem dituliskan dalam sticky notes yang ditempelkan dalam kolom problem. Setelah itu, peserta diminta untuk mengubah sudut pandangnya ke dalam analisa “how might we” atau “bagaimana jika” pada setiap problem yang sudah ditulis. Contohnya, jika ada asumsi problem antrian di bank selalu padat, maka jika diubah ke dalam analisa how might we akan menjadi “bagaimana jika saat di bank, nasabah tidak perlu mengantri lagi?” dan semua analisa harus bersifat kalimat tanya.
Kemudian, pada hari ke 2 dan ke 3 dilanjutkan dengan memberikan solusi terhadap semua analisa “how might we” yang sudah ditempelkan setiap problemnya. Sesi ini merupakan sesi yang paling menarik, karena tahap ini mengajarkan bagaimana kita bisa mencari solusi sekreatif mungkin. Ketika semua anggota Tim sudah menyumbang solusi, semua wajib mengklasifikasikan solusi tersebut masuk dalam berbagai kategori yang berbeda, bisa masuk ke kategori operasional , keuangan , marketing dan lain lain. Setelah sudah mengelompokkan, anggota tim wajib voting terhadap solusi yang paling possible untuk dilakukan.
Setelah mencari solusinya, hari ke 4 dilanjutkan tahap pembuatan prototype. Prototype tidak mengharuskan semua peserta membuat dalam bentuk aplikasi, website atau bahkan produk real sekalipun. Prototype ini hanya dibuat berdasarkan solusi yang ingin diselesaikan tidak harus aplikasi yang sudah lengkap dengan fitur lainnya. Sebagai contoh kasus anda ingin membuat aplikasi pemesanan pupuk pertanian , yang akan anda buat hanyalah tampilan fitur tersebut. Tampilan ini bisa dibuat menggunakan powerpoint atau photoshop.
Pada hari terakhir atau ke 5, peserta harus melakukan testing kepada calon customernya, apakah ide mereka valid atau tidak. Pada akhirnya hasil validasi ini tidak harus bersifat berhasil, dari 17 tim pada saat bootcamp tidak semua ide bisnisnya berhasil tervalidasi, apabila validasi ini gagal, mahasiswa akan mampu mengetahui apa yang customer inginkan sehingga mahasiswa bisa memperbaiki ide atau solusi yang mereka berikan.
Metode design thinking ini tidak hanya dikhususkan untuk startup yang levelnya masih ide, tetapi bisa juga untuk startup yang sudah mature, yakni membuat fitur baru terhadap produknya. Output dari metode ini yaitu learnings pada saat melakukan validasi. Sehingga baik mahasiswa ataupun startup yang sudah mature pun, penting melakukan validasi. Selamat mencoba!
Subscribe miling list Skystar Ventures unuk mengetahui lebih banyak tentang tips-tips mudah lainnya yang dapat Anda implementasikan.*
Author: Renaldo Sutjiadi & Nike Putri Yunandika