Hobi dan bisnis (atau pekerjaan) merupakan dua hal yang kerap kali menjadi perdebatan, apakah baik menjadikan hobi sebagai bisnis atau sebaiknya kedua hal ini dipisahkan? Founder SoLeLands Jonathan Prathama punya pandangannya sendiri mengenai hal tersebut.
Melalui kesempatannya pada “Career Building 2025: Entrepreneurship Development Program”, tepatnya pada sesi fakultas Seni dan Desain, Jonathan menceritakan alasan mengapa dirinya memutuskan untuk membangun startup berbasis permainan (game). Ternyata salah satunya adalah karena ia juga menikmati bermain game.
Menurut Jonathan, menjadikan hobi sebagai bisnis bukanlah suatu hal yang perlu dihindari. Baginya, hobi atau aktivitas yang disukai justru dapat menjadi faktor pendorong tambahan dalam proses mengusahakan bisnis.
“Passion jangan di-translate sebagai suatu ide bisnis secara literal. Tapi, passion itu dijadikan alat untuk drive kalian melakukan extra-mile,” ujarnya.
Hobi adalah aktivitas yang membuat seseorang bahagia ketika melakukannya. Jika hobi, dijadikan pekerjaan (atau dalam topik pembahasan ini, bisnis), maka setiap kali melakukan pekerjaan tersebut, akan timbul perasaan bahagia yang sama. Hal ini tentunya menguntungkan, karena aktivitas pekerjaan menjadi dapat dinikmati dan proses bekerja akan terasa lebih menyenangkan.
Selain itu, Jonathan juga menjelaskan beberapa keuntungan lain yang dapat dijadikan alasan mengapa menjadikan hobi sebagai bisnis adalah pilihan yang tepat:
Lebih memotivasi diri
Selain dapat menikmati pekerjaannya, menjadikan hobi sebagai bisnis juga dapat memotivasi founder untuk mencapai tujuan bisnisnya. Hal ini karena ia benar-benar “mencintai” sektor dan model bisnisnya sehingga memiliki ambisi besar untuk memberikan impact di sana.
Sebagai contoh, ketika seorang founder startup online travel agent (OTA) yang gemar traveling ingin membuat traveling semakin mudah, maka ia tidak hanya termotivasi untuk menyukseskan bisnisnya demi keuntungan finansial, tapi ia juga ingin tujuannya yaitu kemudahan dalam traveling, dapat menghapus kesulitan yang ia alami sebelumnya.
Memahami masalah dengan baik
Dalam proses membangun bisnis (khususnya startup), memahami masalah yang dialami adalah salah satu langkah vital. Biasanya, untuk mengetahui masalah yang dialami oleh pasar, seorang founder membutuhkan riset mendalam. Proses ini akan dipermudah jika founder berasal langsung dari komunitas yang menjadi target pasarnya. Ini dikarenakan ia dapat dengan mudah mengetahui masalah yang ia alami, dan hanya perlu mengetahui apakah masalah itu juga dirasakan oleh yang lainnya.
Sebagai contoh, seorang founder startup di bidang agriculture technology (AgriTech) yang hobinya adalah berkebun/berternak akan sangat mudah mengetahui masalah yang dialami oleh petani dan peternak, karena ia juga berasal dari komunitas yang sama dengan target pasar bisnisnya.
Punya modal lebih
Sama seperti poin sebelumnya, ketika founder berasal dari komunitas yang sama dengan industri bisnis yang dibangun, ia tentunya sudah mengenal industri tersebut. Oleh karena itu, ia pastinya sudah memiliki beberapa modal yang akan berguna dalam proses membangun bisnisnya. Modal ini bukan berupa uang, melainkan berupa pengalaman, pengetahuan, relasi, komunitas, dan lain sebagainya.
Contohnya, seorang founder startup yang bergerak di bidang food and beverage (FnB) yang hobinya masak atau berkuliner pastinya memiliki pengalaman, pengetahuan, dan relasi yang berhubungan dengan makanan. Bisa dalam bentuk pemahaman tren kuliner, pengalaman mengolah bahan makanan, atau relasi suplier yang berkualitas.
Meskipun menjadikan hobi sebagai bisnis memiliki banyak kelebihan, bukan berarti hobi saja cukup untuk membuat bisnis tersebut berhasil. Seorang founder tetap membutuhkan banyak persiapan, ketekunan, dan kemauan belajar yang tinggi. Jangan sampai terlalu terlena dengan hobi yang menyenangkan, hingga lupa untuk memaksimalkan usahanya di aspek-aspek yang lain.
Baca juga: “Empat Fakta ‘Menampar’ dari Senior Partner Daily Social yang Harus Founder Sadari”
Ditulis oleh:
Reynaldy Michael