Head of People Journey at Amartha, Fisella Mutiara, mengungkapkan cara perusahaannya berupaya menurunkan turnover rate karyawan di tengah pandemi Covid-19.
Amartha sendiri merupakan salah satu startup yang mengalami masalah turnover rate akibat pandemi Covid-19.
“Apa yang kita lakukan? Yang pertama, kami memastikan bahwa primary needs of our employees itu tercukupi,” ujar Fisella dalam acara STARTALK ‘Employees Welfare and Future of Work at Startup’ pada Selasa (13/12/2022).
STARTALK merupakan acara yang diselenggarakan oleh program inkubasi di bawah naungan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Skystar Ventures.
Fisella mengungkapkan beberapa kebutuhan dasar dari pegawai Amartha adalah gaji yang memadai, kesehatan, dan dukungan psikologis.
“Yang dilakukan di Amartha adalah dukungan dalam bentuk monetary-nya. Jadi kita kasih salary yang cukup kompetitif, flexible benefits. Terus ada incentive bonus, company bonus, talent bonus,” kata Fisella.
Ia lalu mengatakan, “Dari segi kesehatan fisik dan mentalnya, kita coba dukung dengan insurance, employee assistance program, ini lebih ke psikologi, jadi orang bisa berkonsultasi dengan certified counselor.”
Tak hanya itu, Amartha juga berupaya membangun lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi pegawai mereka. Salah satu caranya adalah menerapkan kebijakan work from anywhere.
“Kalau memang merasa terbaik kerja dengan menjaga keluarga dari rumah, oke. Kalau misalkan lebih baik dari kantor, misalkan di rumah ternyata tidak bisa karena ada anak kecil, atau sinyalnya jelek, gapapa ke kantor, atau mungkin mau sambil liburan karena butuh healing, itu boleh juga,” tutur Fisella lagi.
Walaupun begitu, Fisella menegaskan bahwa pegawai harus tetap bertanggung jawab meski perusahaan menerapkan kebijakan work from anywhere.
Cara lain yang ditempuh Amartha adalah meningkatkan rasa sense of belonging ke pegawai mereka.
“Kadang alasan orang keluar tidak hanya terkait salary, alasan orang keluar dari company itu bisa jadi karena working environment-nya dan kebanyakan malah karena itu, working environment-nya, enggak [merasa] belong sama timnya, enggak [merasa] belong sama leaders-nya, kebanyakan karena itu,” cerita Fisella.
“Makanya kita berupaya memperkuat [rasa] sense of belonging-nya, kita mau berusaha supaya employee merasa mereka didengar, mereka dimengerti. Dengan cara-cara apa? Mengadakan sesi-sesi [dimana] employee bisa ketemu sama leaders, bahkan sama C-level, ngobrol bareng, terus mereka bisa ikut engagement activities yang sifatnya personal.”
Fisella kemudian menuturkan beberapa pencapaian yang berhasil dicapai Amartha setelah menerapkan berbagai kebijakan itu.
“Employee wellbeing yang tadinya 66 persen, naik jadi 86 persen, bahkan masuk kategori very good. Terus engagement-nya juga naik, dan 94 dari partisipannya menulis kalo mereka feel empowered. Sama yang paling penting juga turnover rate-nya turun,” kata Fisella.
Tertarik mendapatkan informasi menarik lainnya terkait rekrutmen? Kalian bisa membaca artikel lain di sini! Pantau juga jadwal STARTALK lainnya di Instagram @skystarventures!