Dengan kondisi pasar dan dunia yang terus-menerus berubah, tren bisnis pada seluruh industri juga turut bergerak maju. Tahun 2025 diprediksi akan menghadirkan tren-tren bisnis baru yang mendorong pelaku bisnis untuk terus beradaptasi guna dapat mempertahankan eksistensi usaha mereka.
Melansir Forbes, penulis, konsultan, dan kreator konten bisnis Bernard Marr menjelaskan bahwa terdapat lima tren bisnis di tahun ini yang diprediksi akan menjadi tantangan sekaligus kesempatan besar bagi industri bisnis di seluruh dunia.
Bernard menjelaskan bahwa siapapun yang mau bertahan dan berkembang dalam ekosistem bisnis saat ini, perlu untuk memahami tren agar mampu melakukan konvergensi inovasi, serta analisa tantangan dan peluang yang terus bergerak secara dinamis.
Berikut ini adalah lima prediksi tren bisnis versi Bernard Marr:
AI generatif sebagai bagian dari strategi
Kehadiran dan pengimplementasian AI (artificial intelligence) yang bergerak dengan cepat pada dekade ini diprediksi akan segera memasuki fase baru. Menurut Bernard, selama ini masih banyak pihak, khususnya pelaku bisnis yang belum menggunakan AI generatif pada kapasitas maksimumnya.
Mungkin sudah banyak perusahaan digital yang memanfaatkan AI sebagai salah satu pendukung layanannya. Namun, lebih dari itu, tahun 2025 akan menjadi waktu dimulainya keterlibatan AI dalam pembuatan strategi perusahaan.
Selain penggunaannya yang akan semakin strategis dan beragam, Bernard juga membayangkan bahwa cepat ataupun lambat, penggunaan AI juga akan menjadi semakin luas. Berbagai industri di luar bisnis digital akan mulai beradaptasi dengan kehadiran AI. Mulai dari industri kesehatan, manufaktur, pendidikan, dan masih banyak industri lainnya.
Bisnis yang sustainable dan ekonomi yang sirkular
Sama seperti AI, isu sustainability atau keberlanjutan juga menjadi “tren” dalam pelaksanaan bisnis di beberapa tahun terakhir ini. Regulasi dari pemerintahan serta tekanan dari konsumen mendorong seluruh industri untuk menjadikan “ramah lingkungan” sebagai salah satu prioritas mereka.
Tidak hanya berbicara tentang penggunaan barang ramah lingkungan dan meminimalisir energi saja, konsumen akhir-akhir ini juga menuntut adanya ‘ekonomi sirkuler’ yang berfokus untuk memaksimalkan penggunaan material dan mendaur ulang sumber daya guna mengurangi limbah dan environmental footprint.
Pada tren bisnis 2025, isu keberlanjutan sudah bukan lagi sekedar “green-washing” yang melakukan usaha-usaha ini hanya demi reputasi atau citra perusahaan saja. Perusahaan-perusahaan harus memahami bahwa isu keberlanjutan sudah menjadi kebutuhan bagi konsumen. Mengutip penelitian oleh McKinsney & Company, pada era saat ini, sertifikasi ramah lingkungan dan komitmen keberlanjutan menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian mayoritas pelanggan.
Hyperautomation dalam bisnis cerdas
Masih berkorelasi dengan penggunaan AI dalam industri, hyperautomation atau otomatisasi dengan dukungan artificial intelligence (AI), machine learning (ML), dan robot process automation (RPA), juga diprediksi menjadi alat yang akan dieksplorasi oleh banyak pelaku bisnis. Hadirnya kecerdasan buatan tidak hanya akan dimanfaatkan dalam perangkat lunak di dalam komputer, melainkan juga akan digunakan pada perangkat keras. Dampaknya, aktifitas fisik yang dilakukan dalam berbagai industri bisa dilakukan tanpa manusia karena mesin hyperautomatic sudah bisa berjalan dengan sendirinya.
“bayangkan sebuah perusahaan yang datanya mengalir langsung antara pemasaran, penjualan, penelitian dan pengembangan, produksi, hingga pemasokan produk. Semuanya terintegrasi oleh algoritma cerdas yang memproses informasi secara real-time,” tutur Bernard.
Bahkan tak hanya itu, dengan potensi AI saat ini, seluruh proses analisa pasar, risk-management, hingga customer behavior juga dapat terintegrasi dengan algoritma yang menjalankan seluruh aktifitas perusahaan.
Prioritas pada customer experience
Jika selama ini kita telah familiar dengan perusahaan memberikan fokus mereka kepada product, price, place, dan promotion, maka pada era saat ini, hal tersebut dinilai sudah tidak cukup untuk mempertahankan eksistensi bisnis. Seiring dengan cepatnya pertumbuhan jumlah bisnis-bisnis B2C, pembeli menjadi semakin selektif dalam menentukan produk dan jasa yang mereka gunakan. Terlalu banyak bisnis yang memfokuskan persaingan mereka pada produk dan harga, tapi saat ini bukan hanya itu yang menjadi kebutuhan konsumen.
Konsumen ingin dimengerti. Mereka akan merasa senang ketika sebuah brand dapat mengetahui apa yang mereka butuhkan dan inginkan tanpa perlu mereka sampaikan. Oleh karena itu, pengalaman yang dipersonalisasikan, bebas hambatan, dan memberikan kesan yang berbeda, terbukti dapat menjadikan suatu perusahaan unggul dalam persaingan untuk merebut hati pelanggan.
Daya tahan pada era penuh ketidakpastian
Yang terakhir, 2025 diprediksi masih akan melanjutkan krisis dan ketidakpastian ekonomi dunia, yang tentunya akan berpengaruh terhadap jalannya bisnis. Konflik internasional seperti peperangan, fluktuasi pasar, hingga ancaman penyakit membuat perputaran ekonomi dunia menjadi tidak stabil. Hal ini berujung pada daya beli yang juga tidak pasti pergerakannya.
Menanggapi hal tersebut, kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan, beradaptasi, dan berinovasi untuk tetap berdiri akan menjadi kunci untuk menciptakan perusahaan yang resilience. Lebih dari sekedar “bertahan di tengah badai”, menjadi resilience juga berarti sigap menanggapi dan memanfaatkan uncertainty dan risk-management yang detail.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ketidakpastian yang terjadi di 2025 antara lain: harga SDA yang tidak stabil, ganguan rantai supplier, pandemi, AI menggantikan tenaga manusia, dan konsumen yang menahan aktifias pembelian.
Meski terdapat banyak tantangan pada dunia bisnis di tahun ini, tapi tidak berarti kesempatan yang tersedia menjadi terbatas. Segala perubahan yang terjadi di setiap masa menciptakan segudang kesempatan baru bagi pelaku bisnis untuk menciptakan pertumbuhan dari aspek-aspek yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Baca juga: Tertarik Scale Up Bisnis, Apa Saja Pertimbangannya?
Ditulis oleh:
Reynaldy Michael