Beberapa founders perempuan di komunitas Skystar Ventures UMN mengungkapkan sejumlah tantangan yang mereka hadapi kala bekerja di dunia startup. Banyak perempuan yang berkarier kesulitan membagi waktu mereka dalam keluarga dan bekerja.
Jadwal pekerjaan yang kadang menyita waktu lebih banyak ketimbang waktu luang membuat mereka mungkin lebih jarang menghabiskan waktu bersama anggota keluarga, terlebih untuk seorang ibu.
Lita, Co-Founder dari firma hukum Alleco, mengungkapkan bahwa tantangan menjadi pemimpin perempuan ialah membagi perannya.
“Kalau dari dalam diri sendiri, tantangannya mungkin bagaimana kita bisa membagi role kita sebagai perempuan, leader, ibu, dan lain-lain,” ujar Lita.
Lita menuturkan bahwa meski membangun startup membuatnya dapat memiliki waktu yang fleksibel, ia tetap harus bisa membagi perannya sesuai prioritas yang ditentukan.
“Kita benar-benar harus bisa membagi diri, membagi peran, mengerjakan hampir semuanya sendiri, karena kalau kita kerja sama orang, kita hanya mengerjakan apa yang menjadi job description kita. Kalau kayak orang legal, berarti hanya mengerjakan bagian legal,” kata Lita.
“Tapi ketika bikin usaha sendiri, bikin law firm sendiri, pada akhirnya [saya] harus tahu tentang perpajakan gimana, keuangannya gimana, terus marketing atau mempromosikan jasa kita harus seperti apa. Kemudian gimana kita mau kantor ini dijalankan atau dibangun sebesar apa. Ternyata itu juga membutuhkan effort yang gak kalah juga dengan kita kerja sama orang,” lanjutnya.
Meski begitu, tantangan tersebut tak membuat Lita menyerah meraih mimpinya. Ia pun mengajak perempuan generasi muda untuk tetap yakin mengejar mimpi mereka.
“Harus yakin dengan apa yang kita mau, dan apa yang akan kita raih, jadi ketika kita hilang arah, kita punya navigasi, kita punya map untuk menuju ke tujuan kita,” tuturnya lagi.
Tak hanya Lita, Co-Founder Mindtera, Tita, mengungkapkan salah satu tantangan yang ia hadapi kala bekerja adalah kesenjangan gender.
“Barriers itu pasti banyak as a woman, terutama karena kita ada masih banyak stigma di luar sana yang masih negatif, masih banyak gender gap, equalities, jadi barrier itu pasti banyak,” kata Tita.
Meski begitu, Tita tetap teguh menjalankan mimpinya untuk membangun tempat kerja produktif lewat Mindtera. Pesan Tita untuk generasi perempuan selanjutnya ialah tetap berani untuk mengejar keinginan mereka.
“Kalau pesan dari aku sih be brave, karena balik lagi, yang perempuan mau adalah secure feelings dan aku tahu di luar sana masih banyak nih wanita-wanita yang feeling insecure, so please be brave, be brave untuk menghadapi rasa insecure itu dan turn the tables,” lanjutnya.
Ingin mendengar berbagai kisah inspiratif lain tentang founder startup perempuan? Dengarkan STARPODS ‘Can Women-Led Startups Exceed to the Top?’ di Youtube Skystar Ventures UMN.