Head of Marketing at Lemonilo, Irfan Prabowo, memberikan sedikit gambaran terkait strategi branding bagi startup dalam sesi STARTALK ‘Achieving Startup’s Recognition with Optimized Branding and Marketing Strategies.’
STARTALK sendiri merupakan sesi talkshow buatan Skystar Ventures UMN yang mengundang praktisi berpengalaman membagikan pengetahuan mereka kepada startup enthusiast.
Di sisi lain, pembahasan mengenai branding dan marketing (pemasaran) menjadi penting karena keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perjalanan bisnis.
Branding bertujuan untuk membuat masyarakat sadar akan kehadiran sebuah brand, serta produk dan jasa yang ditawarkan. Sementara itu, marketing berperan dalam riset dan pengembangan produk agar produk yang dibuat selalu up to date dan dapat memenuhi kebutuhan pasar yang berubah-ubah. Ini kemudian dapat meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
Meski memiliki citra mirip, branding dan marketing merupakan dua hal yang berbeda. Perbedaan signifikan keduanya terletak pada periode outcome yang didapatkan dan target yang diharapkan saat menyusun strategi.
Branding merupakan kegiatan dengan tujuan jangka panjang, bertujuan untuk membangun persepsi di benak target market startup. Namun, marketing berorientasi pada sales yang didapatkan dan biasanya pemantauannya dilakukan secara berkala, biasanya per bulan.
Sebagaimana dilansir Atlas Authentica, berikut merupakan tabel perbedaan antara branding dan pemasaran.
Mengenal Branding
Bagi sebuah startup, branding berfungsi untuk menjahit fundamental bisnis, sebelum bergerak ke marketing output. Branding juga merupakan sesuatu yang dinamis dan memerlukan penyesuaian secara berkala untuk memastikan kegiatannya tetap on track.
Kegiatan branding memiliki beberapa tujuan, yaitu:
- Memberi motivasi kepada target market untuk membeli produk atau menggunakan layanan yang ditawarkan.
- Menciptakan user loyalty.
- Menyampaikan pesan dari brand yang dibuat.
- Menciptakan kredibilitas.
- Membangun hubungan emosional.
Dalam melakukan branding, penting bagi startup untuk memiliki konten pilarnya sendiri. Konten pilar diperoleh dari user persona yang berasal dari hasil data riset maupun interaksi langsung dengan target market.
Sebagaimana dilansir Interaction-Design Foundation, user persona adalah karakter fiksi yang dibuat lewat riset untuk mewakili berbagai tipe orang yang bakal menggunakan layanan, produk, atau sebuah brand dengan cara yang mirip.
Lewat user persona, perusahaan dapat lebih mengerti apa yang dibutuhkan pengguna produk, pengalaman mereka dalam menggunakan produk, perilaku, dan tujuan mereka dalam menggunakan produk.
Namun, kesalahan yang paling sering dilakukan oleh pelaku bisnis di Indonesia adalah membuat user persona yang didasari oleh asumsi para founder-nya saja. Padahal, mereka harus turun langsung ke target market untuk mengetahui secara detail perilaku yang dimiliki oleh calon konsumen mereka.
Mengenal Marketing
Dalam sebuah kegiatan marketing, terdapat beberapa tingkatan funnel hingga terjadinya proses pembelian oleh target market.
Sebagaimana dilansir Amazon, marketing funnel merupakan proses penting dalam marketing. Proses tersebut memaparkan perjalanan customer dalam membeli sebuah barang. Marketing funnel memberikan gambaran kepada perusahaan untuk bersinggungan dan menjalin hubungan dengan customer.
Dalam tahapan marketing funnel, tahap awalnya adalah pemasar ibarat memasang jaring besar untuk menarik perhatian customer. Beberapa customer yang tertarik kemudian dijaga relasinya dengan tahapan lain funnel itu.
Seperti funnel, jumlah customer yang berada di tiap-tiap tahapan akan semakin sedikit. Hingga pada funnel terbawah, pemasar bakal memiliki customer yang berminat membeli produk mereka, dan secara ideal menjadi customer yang setia.
Untuk membuat marketing funnel, kita perlu memperhatikan customer journey. Customer journey sendiri memiliki tiga proses, yakni beginning (user melihat iklan brand), middle (user bisa mencari informasi tentang brand), dan end (user bisa membeli brand tersebut).
Namun, tak hanya menggunakan iklan, startup dapat menggunakan teknik art of marketing yang dapat mengurangi budget pengeluaran dari sisi marketing. Ini beberapa aspek dalam art of marketing:
1. Social Currency
Jika tetangga kamu memberikan sebuah lunch box dalam rangka ulang tahunnya, pastinya akan terlihat biasa saja. Namun, jika di lunch box tersebut ada stiker dengan nama selebriti terkenal, pastinya akan terlihat keren dan kamu akan mengunggahnya di media sosial.
2. Triggers
Dalam menjelaskan hal ini, kita mengambil contoh Lemonilo yang memiliki branding mie instan sehat. Branding tersebut menjadikan Lemonilo sebagai brand yang mengutamakan kesehatan di mata user. Branding ini terus terbawa ke produk lain Lemonila, semisal brownies, user akan memandang brownies tersebut bakal lebih sehat.
3. Public
Pastikan logo merek kamu mudah untuk dilihat publik. Contohnya, Apple membuat logo produk yang sesuai dengan namanya dan bertujuan untuk mempromosikan diri sendiri. Logo Apple ada di bagian belakang dan bersinar, agar orang lain mudah untuk melihat logo tersebut.
4. Practical Value
Mengemas sebuah informasi serta nilai yang ingin ditonjolkan. Contohnya, Lemonilo pernah berkolaborasi dalam membuat buku dongeng yang bertujuan mengajak anak-anak untuk makan sayuran, tanpa sama sekali menyebutkan produknya. Hal ini untuk menonjolkan nilai utama dari brand tersebut.
5. Emotion
Membuat campaign yang menyentuh hati user-nya.
6. Stories
Menggunakan cerita yang relevan dengan segmentasi pasar perusahaan untuk menyampaikan USP (Unique Selling Proposition) dari brand itu sendiri.
Ingin mengetahui informasi lain tentang startup? Ikuti Instagram kami di @skystarventures dan jangan lupa berlangganan newsletter kami!