Tenant lulusan dari program inkubasi Skystar Ventures batch III ini berhasil memperoleh dana senilai Rp 250 juta dari Kemenristekdikti melalui program Inkubator Bisnis Teknologi (IBT) pada Juni 2016. Dana hibah tersebut akan digunakan untuk mengembangkan bisnisnya dalam penyediaan solusi tepat bagi usaha katering Indonesia.
Dewasa ini, potensi industri makanan dari segi ekonomi cukup besar di Indonesia. Selain restoran dan rumah makan, UKM seperti katering juga sudah banyak dilirik, di mana para pelaku usahanya mayoritas berasal dari kalangan ibu rumah tangga. Jenis usaha ini dinilai mampu untuk memberikan pendapatan yang tinggi. Akan tetapi, berbeda dengan restoran, usaha katering kerap dilakukan di perumahan dan tidak kasat mata sehingga untuk mencari pelanggan, produsen harus menyebarkannya sendiri dari mulut ke mulut dan acap kali mengalami kesulitan. Dari sisi konsumen, mereka membutuhkan makanan yang cepat, sehat, dan murah, yang dapat tersedia dengan mudah di samping junk food.
Permasalahan inilah yang akhirnya ditangkap oleh sekelompok mahasiswa UMN angkatan 2012; Susanto Ario, Joshua Alamsyah, Gavra Pratama dan Pandu Baraja. Hingga saat ini, belum ada penyedia solusi yang cocok untuk katering di Indonesia dibandingkan di luar negeri. Melihat potensi serta peluang yang besar, keempat mahasiswa yang berasal dari fakultas IT dan DKV tersebut akhirnya mendirikan CaterInc yang diharapkan dan menjadi jawaban dari kondisi tersebut. Jebolan dari inkubasi bisnis Skystar Ventures ini diberikan banyak bekal dari para mentor untuk menemukan value dari katering serta memantapkan diri pada bisnis tersebut.
CaterInc merupakan marketplace yang menjadi penjembatan antara vendor dan pelanggan. Pelanggan dapat dengan mudah mendapatkan katering dengan variasi makanan yang sesuai dengan selera. Jika tidak sesuai dengan satu vendor, pelanggan akan langsung dibantu diarahkan kepada vendor lain tanpa harus mencari sendiri. Sedangkan untuk vendor, mereka terbantu untuk memperoleh pelanggan dengan cepat dan mudah, tidak lagi hanya mengandalkan mulut ke mulut. Vendor yang akan berada di bawah naungan CaterInc nantinya bukan hanya sebatas Jabodetabek saja tetapi hingga seluruh Indonesia.
Sebagai pebisnis pemula, mencari vendor pun menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. “Kita mencarinya dari rumah ke rumah. Ketika sudah mendapatkan satu ibu rumah tangga, yang menjadi kesulitan adalah untuk mendapatkan kepercayaan bahwa kita mampu untuk membantu usaha mereka, karena mereka biasanya hanya berjualan dengan cara tradisional,” tutur Susanto, salah satu anggota CaterInc.
Selain melakukan pendekatan dengan verbal, mereka juga memberikan portofolio kepada calon vendor. “Dari situ mereka mau memberikan menu jualan kepada kita, dan kita melakukan percobaan dengan menawarkan penjualan perdana selama seminggu dan melihat berapa banyak yang terjual. Selama ini penjualan selalu ada dan cukup banyak,” jelasnya.
Tak hanya ibu rumah tangga, CaterInc berhasil memperoleh vendor yang merupakan kantin serta rumah makan. Hingga tiga bulan pertama, banyak vendor yang telah terkumpul dan berasal dari wilayah Gading Serpong dengan total pelanggan sebanyak 66 orang. Dilihat dari segi sales juga telah memberikan hasil yang signifikan. Penjualan dari bulan April hingga Mei sudah mencapai 1000 transaksi dan terjadi kenaikkan 30-40% pada periode Mei-Juni. “Enam puluh persen dari pelanggan tersebut melakukan repeat order dan terus bertambah,” jelas Susanto.
Goals dari bisnis ini yang mampu meningkatkan pendapatan UKM juga menghantarkan CaterInc untuk memperoleh dana hibah sebesar Rp 250.105.000,- dari Kemenristekdikti. Usaha ini dianggap dapat membantu peningkatan sales hingga 30% dan membantu para pelaku usaha untuk mendapatkan penghasilan lebih. Dengan dana ratusan juta yang telah diberikan, Kemerinstek juga memiliki harapan tersendiri bagi CaterInc yakni paling tidak sudah dapat menggait 100 vendor serta mencapai 6000 transaksi hingga akhir tahun 2016.
Tantangan dari Kemenristek tersebut dijawab dengan positif oleh keempat mahasiswa tersebut. “Setiap vendor bisa mencapai 1000 transaksi per hari. Bahkan ada yang mampu memproduksi 4000 box sehari, melebihi restoran pada umumnya. Banyak di luar sana yang membutuhkan katering, maka kita cukup optimis dengan hal tersebut,” tutup Santo. (*)
oleh : Debora Thea