Co-Founder dan CTO Klikdaily, Indra Dhanurendra, mengungkapkan sejumlah tips and trick dalam melakukan pitching startup ke investor. Pitching merupakan kegiatan di mana startup founder harus mempresentasikan bisnis mereka.
Dalam pitching, pebisnis perlu membuat pitch deck yang menarik bagi audiens mereka. Sebagaimana dilansir Mailchimp, tujuan pitch deck sendiri ialah untuk mempermudah pebisnis meyakinkan investor ataupun klien agar bersedia bekerja sama dengan mereka.
Menurut Indra, ada 12 hal yang perlu dimuat dalam pitching deck, yakni cover, problem, solution, how it works, traction, market opportunity, market landscape, projection, revenue or business model, the team, appendix, dan action part.
1. Pembukaan Sesi Pitching
Pertama-tama, mulailah sesi pitching dengan opening atau pendahuluan. Dalam membuka presentasi, pastikan slide pertama deck (cover) memuat nama perusahaan, logo, dan tagline dari perusahaan.
Hal kedua yang harus diperhatikan ketika pitching adalah menggaet emosi audiens. Pebisnis dapat memulainya dengan menyebutkan permasalahan (problem) yang biasa terjadi di masyarakat, yang juga berkaitan dengan produk atau jasa buatan perusahaan.
Setelah itu, pebisnis dapat menjelaskan solusi (solution) atas permasalahan yang disebutkan sebelumnya. Pebisnis dapat mengenalkan produk atau jasa yang mereka tawarkan dan menunjukkan perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan produk atau jasa tersebut.
2. Isi Sesi Pitching
Kemudian, pebisnis dapat menjelaskan langkah-langkah penggunaan (how it works) produk atau jasa yang ditawarkan. Dalam tahap ini, penting untuk bisa membuat audiens membayangkan pengalaman mereka saat menggunakan produk atau jasa.
Pebisnis juga perlu menunjukkan traction dari produk yang ditawarkan. Traction merupakan ukuran pertumbuhan perusahaan.
“Setiap investor pasti tertarik untuk melihat sejauh mana Anda sudah berjalan, seberapa banyak user yang sudah bergabung, serta bagaimana penjualan dari produk Anda,” tutur Indra.
Tak hanya membahas pertumbuhan bisnis, investor juga pasti tertarik untuk mengetahui seberapa besar pasar perusahaan (market opportunity). Pebisnis dapat menunjukkan potensi sebaran produk, calon pengguna produk, dan seberapa besar peluang perusahaan mengumpulkan revenue.
Dalam market landscape, pebisnis dapat menunjukkan data terkait apa saja yang terjadi pada perusahaan. Pebisnis juga dapat menyampaikan posisi perusahaan dan bagaimana kondisi persaingan pasar produk atau jasa yang dibuat.
Setelah itu, pebisnis dapat menunjukkan proyeksi (projection) dari perusahaan mereka ke depan. Pebisnis dapat menuturkan tujuan besar perusahaan, dilengkapi dengan data dan grafik atas proyeksi tersebut. Data proyeksi sendiri dapat ditunjukkan secara tahunan atau pada kuartal tertentu.
Dari segi revenue atau business model, pebisnis perlu menunjukkan sumber pendapatan mereka, semisal dari margin penjualan, vendor, iklan, dan lain-lain.
3. Penutup Sesi Pitching
Memasuki bagian penutup, pebisnis dapat mengenalkan tim perusahaan (the team). Pebisnis dapat menyampaikan latar belakang dan passion mereka dalam membangun perusahaan. Pebisnis juga harus bisa meyakinkan investor untuk mempercayai perusahaan.
Tak hanya itu, pebisnis juga harus menyiapkan bagian appendix. Appendix memuat informasi yang tidak benar-benar vital untuk deck presentasi pebisnis, tetapi dapat membuat audiens lebih mengerti tentang bisnis.
Meski tak ditunjukkan dalam pitching, appendix dapat menjadi cara pebisnis mempersiapkan diri menjawab pertanyaan dari investor. Dalam appendix, pebisnis juga perlu mempersiapkan hasil riset bisnis mereka.
Di tahap terakhir pitching, pebisnis perlu menutup presentasi dengan kalimat yang mampu meyakinkan audiens untuk berkontribusi pada startup mereka (action part). Semisal audiens pebisnis adalah investor, pebisnis perlu memberikan ajakan lebih lanjut untuk bantuan pengembangan startup atau permohonan pendanaan.
Ingin mengetahui tips menarik lain tentang startup? Follow Instagram kami di @skystarventures dan jangan lupa subscribe newsletter kami!