Pepatah berkata, ilmu adalah modal kesuksesan. Hal ini pula rupanya yang mendorong Abraham dan Sherlein hingga mereka berhasil lolos dalam program Pelatihan Entrepreneurship ETHOS yang diselenggarakan oleh World Bank Group dan SUNY Korea, 16 – 30 Januari mendatang.
Abraham dan Sherlein merupakan dua delegasi Indonesia dari Universitas Multimdia Nusantara (UMN) yang dinyatakan lolos mengikuti program ETHOS di Korea. Abraham merupakan perwakilan dari Skystar Ventures, Tech Incubator UMN, sedangkan Sherlein merupakan perwakilan dari Tim Nimoart, salah satu tenant hasil binaan program inkubasi Skystar Ventures. Dalam kesempatan ini, mereka akan diterbangkan ke Songdo, Korea, selama dua minggu untuk memperoleh edukasi mengenai Bisnis ICT.
ETHOS merupakan singkatan dari Entrepreneurial Talents House of Opportunities and Supports yang berfokus di bidang ICT. Program ini merupakan hasil inisiatif dari World Bank dan SUNY Korea untuk merangsang pertumbuhan perekonomian yang progresif di negara-negara berkembang. Visi ini selaras dengan tujuan utama UMN yaitu untuk memajukan Indonesia melalui lulusan yang berwawasan luas dengan berlandaskan pengetahuan ICT.
Melalui serangkaian proses seleksi, akhirnya pada pertengahan Desember lalu, Abraham dan Sherlein dikabarkan lolos bersama dengan tiga orang perwakilan Indonesia lainnya. “Dari awal dikasih tahu Skystar, kita langsung tertarik banget. Kapan lagi Nimoart bisa go internasional! Akhirnya setelah susah payah bikin proposal, interview, dan skype call, kita berhasil lolos! Yeey!”, tutur Sherlein dengan antusias.
Berbeda dengan Sherlein, Abraham memiliki alasannya sendiri. “Penasaran banget, kayak apa sih perkembangan startup di negara maju, ekosistemnya, serta peran pemerintah dan lembaga lain terhadap eksistensi statup di sana”, tukas Abraham yang juga merupakan salah satu staf menejemen di Skystar Ventures, Tech Incubator UMN. “Selain itu, partisipasi seperti ini sangat bagus untuk Nimoart supaya mereka bisa mendapatkan lebih banyak perspektif dari para ahli, dan lebih terbuka terhadap persaingan startup internasional”, jelasnya menambahkan.
Selama dua minggu ke depan, Abraham dan Sherlein akan dibina melalui proses mentoring, business development, networking, hingga pitching di depan para investor, entrepreneur, serta Venture Capital. Selain itu, mereka akan diikutsertakan dalam pameran bersama seluruh peserta ETHOS dari berbagai penjuru dunia. Terkait hal tersebut, Abraham dan Sherlein harus mempersiapkan beberapa kebutuhan lainnya agar proses pelatihan dapat berjalan dengan baik. “Kita harus siapin presentasi berdurasi 5 menit, promotional poster, serta yang peling penting baju hangat karna di Korea sekarang sedang minus 18 derajat!”, tutur Founder dari Nimoart ini.
Mengenai perbedaan budaya dan bahasa, baik Abraham maupun Sherlein tidak merasa khawatir akan hal tersebut. Mereka justru menganggapnya sebagai suatu tantangan sekaligus hal yang menyenangkan. Dengan mengikuti program ETHOS ini, mereka memiliki harapan yang besar khususnya terhadap pengembangan inkubator dan startup di Indonesia. “Harapannya sih dari segi knowledge, kita bisa tau metode apa yang banyak digunakan oleh stratup di Negara-negara maju seperti Korea, lalu diimplementasikan juga di Indonesia khususnya di Skystar Ventures”, tutur Abraham. “Selain itu, dari segi network, pasti akan sangat menguntungkan untuk Skystar dan UMN kalau bisa berpartisipasi di event-event dunia. Jadi kita dapat menunjukan eksistensi Indonesia di mata internasional”, tutup Abraham. (*)