Jakarta, 9 Agustus 2021 – Financial inclusion merupakan pilar terakhir dari topik permasalahan gender yang disorot dalam program Super Girls In Tech. Bersama dengan Skystar Ventures UMN sebagai official incubator partner, webinar ini menghadirkan dua narasumber ahli. Mereka adalah Samira Shihab (CEO of Tinkerlust) dan Putri Dianita (VP of Communication, DANA).
Dilansir Bank Dunia, financial inclusion adalah hak bagi setiap individu atau bisnis untuk mempunyai akses keuangan yang cukup dalam membeli barang atau jasa dengan cara yang efektif dan berkelanjutan. Tujuan umum dari financial inclusion adalah meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara mengurangi ketimpangan ekonomi melalui peningkatan dan pemerataan akses masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan.
Samira membagikan pengalamannya mengenai prosedur financial inclusion yang sulit untuk diperoleh sebagai seorang perempuan. “Beberapa tahun lalu, aku mau membeli rumah pertama, jadi mengajukan KPR ke bank. Tapi, karena suami aku warga negara Singapura, aku yang mengurus prosesnya. Aku udah pengajuan ke 12 bank tapi semuanya ditolak karena butuh persetujuan dari suami yang harus WNI. Alhasil, aku minta tolong keluarga aku yang lain untuk memberikan persetujuan,” pungkas Samira. Ia menambahkan, seorang perempuan juga memiliki lebih banyak tantangan saat mengakses produk finansial.
Putri meyakini bahwa hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kesenjangan informasi, literasi digital, dan akses wilayah. Di sisi lain, persepsi masyarakat Indonesia akan peran wanita sebagai leher Rumah Tangga juga masih menormalkan gender bias. Namun dalam beberapa keluarga, ada pula peran wanita sebagai financial controller yang mengatur keuangan utama Rumah Tangga. Oleh karena itu, harus adanya pemberdayaan terhadap diri sendiri, be aware dengan financial services dan komunikasikan dengan partner.
Sayangnya, masih banyak perempuan belum memiliki pengetahuan tentang financial services yang mumpuni. “Menurut aku, perempuan harus memiliki akun bank terpisah, melek investasi, memiliki penghasilan sendiri, dan yang paling adalah investing in herself dengan mengikuti acara-acara dan webinar seperti Super Girls In Tech ini,” jelas Putri.
Bagi sebagian perempuan, finansial belum menjadi aspek terpenting yang perlu mereka tangani. Pandangan ini dikarenakan finansial dalam keluarga identik dengan laki-laki. Namun, seiring berkembangnya zaman dan teknologi, perempuan harus melek finansial dengan memanfaatkan beberapa financial services yang sudah ada. Oleh karena itu, program Super Girls In Tech kali ini ingin mendukung para perempuan untuk meningkatkan taraf hidup finansial mereka dengan produk atau ide yang akan dihasilkan oleh seratus mahasiswi inkubasi.