Setiap orang yang membangun bisnis, pastinya ingin bisnisnya sukses dong. Nah, bagaimana sih cara mengukur kesuksesan sebuah bisnis? Apakah dari kepuasaan pelanggan? Kebahagiaan karyawan? Semua hal itu adalah faktor yang penting yang perlu diperhatikan, tetapi yang tidak kalah penting adalah keuntungan dan kerugian yang dialami sebuah perusahaan. Keuangan atau finance merupakan aspek yang dapat menentukan eksistensi dari sebuah perusahaan, khususnya startup yang sumber pendanaannya masih dari masing masing founder atau Bootstrapping. Oleh karena itu, kita memerlukan sebuah laporan untuk memantau keuangan sebuah perusahaan, yaitu laporan laba dan rugi. Laporan ini merupakan salah satu dokumen yang paling sering digunakan di dunia bisnis untuk merinci pengeluaran dan pemasukan sehingga dapat membantu sebuah perusahaan untuk mengevaluasi kekurangan dan membuat strategi untuk meningkatkan pendapatan. Laporan laba rugi merupakan dokumen keuangan umum yang menunjukkan penghasilan sebuah perusahaan dalam jangka waktu tertentu (bulanan, triwulanan, dan tahunan). Yuk kita lihat manfaat yang didapatkan salah satu startup alumni Skystar Ventures UMN, Arxist, dalam menggunakan laporan laba dan rugi untuk memantau keuangannya.
Axist sendiri merupakan sebuah platform digital yang fokus untuk para content creator, komikus, dan illustrator. Selain itu, Arxist juga menghadirkan fitur multi pricing sehingga harga karya untuk lokal dan internasional dapat dibedakan. Arxist hadir sebagai wadah untuk mempermudah masyarakat dalam mendukung kreator melalui apresiasi karya. Selain itu, Arxist juga dapat menjadi wadah untuk mengumpulkan orang-orang yang memiliki minat yang sama pada bidang kreatif. Dalam mengelola keuangannya, Arxist sudah menggunakan laporan laba rugi, dan tentunya merasa lebih terbantu karena adanya transparansi keuangan. Hal ini dapat meminimalisir loss dan memaksimalkan profit sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan kedepannya. Meminimalisir loss disini berarti mengetahui lebih cepat kerugian yang akan datang, memangkas biaya yang tidak diperlukan, dan menghindari kecurangan.
Saat kita membahas masalah finance, pasti erat kaitannya dengan revenue streams dan cost structure. Yuk kita intip apa saja sih revenue streams dan cost structure dari Arxist. Saat ini, revenue Arxist disumbang dari fee transaksi klien yang memesan konten dari para content creator. Sementara itu, Arxist memiliki pengeluaran untuk membayar biaya server dan domain, biaya mailing system, dan biaya gaji tim sebagai freelancer. Terkadang, rencana anggaran yang sudah dibuat bisa berbeda dengan kenyataannya. Hal ini juga pernah dialami oleh Arxist saat mendapatkan grant funding. Awalnya, Arxist berencana untuk membangun satu fitur dan menjalankan campaign, tetapi pada kenyataannya, biaya yang dibutuhkan melebihi budget yang sudah ditentukan.
“A market system is not a profit system, it’s a profit-and-loss system.” – Charles Koch
Seperti kutipan di atas, setiap bisnis tentunya akan menghadapi situasi untung dan rugi, termasuk Arxist. Arxist pernah mengalami loss sewaktu menyediakan payment system Paypal untuk internasional, mereka terkena chargeback dan gagal untuk melawan. Founder Arxist, Arbiyanto, mengatakan bahwa untuk mengatasi loss, pastikan kita memahami betul bisnis/fitur yang sedang dibangun. Selain itu, jika sudah terjadi loss, kita harus tetap berpikir rasional dan membuat laporan keuangan yang tepat agar bisa mengambil tindakan yang perlu dilakukan selanjutnya. Sementara itu, Arxist juga pernah mendapatkan profit dalam nilai yang cukup besar yang berasal dari project klien.
Nah, supaya bisa merancang strategi keuangan yang baik, kita perlu belajar dari ahlinya ya. Yuk ikut STARTALK yang berjudul “Guides on Profit and Loss Management to Strengthen Startup’s Stability” yang dibawakan oleh Mario Lasut sebagai Chief Marketing Officer of Finansialku pada tanggal 22 Juni. Bisa langsung klik link ini ya untuk pendaftaran.