Jakarta, 6 Agustus 2021 – Rangkaian acara Super Girls In Tech yang bekerja sama dengan Skystar Ventures UMN dilanjutkan dengan pemaparan pilar kedua kesetaraan gender, yaitu women’s health and empowerment yang dihadiri oleh Mikha Tambayong (Brand Ambassador dan Legal Preneur) dan Aulia Halimatussadiah (Co-Managing Director of Girls In Tech).
Isu mengenai kesehatan di kalangan kaum wanita pastinya sudah tidak asing lagi. Menurut data dari The National Library of Medicine (Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat), 72% kaum wanita yang berumur 20-29 tahun memiliki gangguan kecemasan atau anxiety. Di Indonesia, permasalahan ini juga cukup disorot karena tidak sedikit kasus yang berujung kematian.
“Perkembangan media sosial yang semakin pesat juga mempengaruhi kondisi mental seseorang. Media sosial menyebabkan berkurangnya personal space dan membuat para wanita membandingkan diri dengan orang lain,” pungkas Mikha Tambayong menceritakan pengalaman pribadinya. Mikha menambahkan, memiliki support system dapat menjadi salah satu cara untuk melepaskan diri dari kecemasan. Dengan bercerita kepada orang lain, kita dapat mengurangi beban yang ditanggung. Selain itu, musik relaksasi atau quotes dapat digunakan untuk memberi semangat kepada diri kita sendiri.
Pandemi yang menyerang Indonesia juga dapat menambah tingkat kecemasan kaum perempuan, khususnya Ibu Rumah Tangga. Ini dikarenakan sebagian besar sektor bisnis mengurangi jumlah karyawan sehingga berdampak kepada finansial keluarga. Aulia juga memberikan tips untuk mengatasi gangguan kecemasan yang biasa dialami oleh kaum wanita. “Aku sendiri sekarang menerapkan cara hidup STOIK, pandangan ini membuat kita melihat semua peristiwa dari sisi positifnya. Selain itu, biasanya aku akan menulis jurnal untuk menuangkan emosi,” jelas Aulia.
Rutinitas pekerjaan juga menjadi salah satu faktor yang menimbulkan gangguan kecemasan di kalangan wanita. Tidak jarang para wanita bekerja dari pagi sampai pagi lagi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun, kebiasaan ini tidak baik untuk diterapkan, lho. Menurut Aulia, kita perlu menentukan boundaries di dalam dunia pekerjaan seperti membagi jam kerja dan jam istirahat dengan seimbang. Kebanyakan perempuan juga mengalami anxiety saat menghadapi sebuah kegagalan yang sering berimbas kepada produktivitas mereka. “Menurut aku, saat kita mengerjakan sesuatu. Kita sudah harus siap pada dua kemungkinan di akhir, entah itu berhasil atau gagal. Kalau memang gagal, kita bisa evaluasi supaya kedepannya tidak mengulangi hal yang sama,” ungkap Aulia.
Penanganan terhadap permasalahan kesehatan kaum perempuan di Indonesia perlu ditingkatkan. Ini dikarenakan banyak tuntutan yang perlu dipenuhi oleh kaum wanita seperti pekerjaan, karir, keluarga, dan lain-lain. Oleh karena itu, para peserta Super Girl In Tech diharapkan dapat membuat inovasi baru yang dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Tetap ikuti perjalanan Super Girls In Tech selama empat bulan kedepan, ya!