Sebelum masuk ke dunia startup, alangkah baiknya startup enthusiast untuk lebih dahulu mengenal berbagai tahapan perkembangan bisnis tersebut, salah satunya benchmarking.
Benchmarking merupakan cara mengukur kualitas, performa, dan perkembangan sebuah perusahaan dengan menganalisis proses dan prosedur dari perusahaan lain. Tujuan utama benchmarking bagi sebuah bisnis adalah mencapai perkembangan berkelanjutan.
Menurut serial entrepreneur di Silicon Valley, Sahin Boydas, benchmarking merupakan langkah penting yang harus dilakukan pemimpin perusahaan. Sebab, benchmarking menjadi salah satu cara pebisnis untuk dapat menyesuaikan diri dengan ekosistem pasar mereka yang terus berubah.
“Sangat penting bagi pemimpin untuk mengetahui apa yang ditawarkan industri, apa yang berubah [di industri tersebut], pun sistem dan teknologi yang mereka perlukan untuk tetap berada di peringkat atas ekosistem bisnis,” ujar Boydas, dikutip dari Business News Daily.
“Pemimpin yang melakukan bisnisnya tanpa memantau benchmark pada akhirnya akan tertinggal, akan selalu ada harga yang dibayar karena mengabaikan apa yang terjadi di lingkungan bisnis Anda,” lanjutnya.
Sementara itu, dalam sesi bersama salah satu praktisi startup, Rhein Mahatma, ia mengungkapkan benchmarking membawa lima manfaat untuk bisnis startup, yakni:
- Mengetahui apakah bisnisnya dapat bertahan selama lima tahun ke depan.
- Mengetahui masa depan bisnisnya dan industri yang terkait dengan itu.
- Mengetahui bagaimana performa bisnis serupa di negara maju.
- Mengetahui model bisnis seperti apa yang dapat diaplikasikan ke startup.
- Mengetahui perilaku pasar di negara lain dan bagaimana cara memasarkan bisnisnya ke market yang berbeda.
Tak hanya menjabarkan manfaat benchmarking bagi startup, Rhein turut menyebutkan berbagai situs dan tools yang bermanfaat untuk aktivitas benchmarking. Beberapa tools tersebut yakni Crunchbase.com, VentureBeat Profiles, Dokumen IPO, Semrush.com, dan Builtwith.com.
Jenis-Jenis Benchmarking
Bagi startup founders yang ingin melakukan benchmarking, ada tiga jenis benchmarking yang umum dilakukan sebagaimana dilansir Business News Daily, yaitu:
1. Internal benchmarking
Internal benchmarking ditujukan untuk mengembangkan bisnis startup dengan melakukan perbandingan menggunakan historical data. Historical data sendiri merupakan catatan perjalanan perusahaan dalam suatu periode atau waktu yang berbeda.
Pebisnis dapat membandingkan data departemen di dalam organisasi, ataupun data dari berbagai cabang perusahaan untuk mengetahui langkah apa yang paling tepat dalam mengembangkan bisnis.
Beberapa hal yang biasanya diukur dalam proses internal benchmarking adalah performa karyawan dan seberapa efektif kerja mereka, pun bagaimana karyawan menggunakan alat yang difasilitasi oleh bisnis.
2. Competitive benchmarking
Competitive benchmarking bertujuan untuk menetapkan tujuan tertentu berdasarkan apa yang dilakukan pesaing bisnis. Dengan mempelajari langkah ataupun standar yang dilakukan perusahaan dengan bisnis yang mirip, pebisnis dapat menemukan cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.
Menurut Senior Advisor at The Logos Consulting Group, Maida Zheng, competitor benchmark dapat mempengaruhi segala hal yang terjadi di perusahaan, mulai dari gaji karyawan, layanan yang diberikan ke konsumen, bahkan moral karyawan.
“Jika Anda ingin tetap berada di garis depan kompetisi dan membangun lingkungan kerja yang diminati karyawan Anda, mengetahui apa yang dilakukan pesaing Anda bukan hanya akal sehat, tapi juga keharusan,” tutur Zheng.
3. Strategic benchmarking
Strategic benchmarking dilakukan bila perusahaan ingin mencapai standar performa spesifik berkelas global. Strategic benchmarking sendiri berada satu langkah di atas competitive benchmarking.
Ingin mengetahui informasi lain tentang ekosistem startup? Pantau terus berbagai acara kami lewat Instagram @skystarventures!